Selamat datang di dunia RANGKA JARING ANGAN

Sebuah persembahan pada tingkat teratas dalam cinta...
selamat datang di dunia RANGKA JARING ANGAN...

Sabtu, 16 Agustus 2008

Saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan… Tuhan!!!!!


Saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan… Tuhan!!!!!

Hhh… lagi capek. Lagi sering2nya bolak-balik ke kampus, padahal masih libur. Bosan!!!! Gue sendiri nggak pernah tahu apa yang gue butuhin sekarang, karena semua yang gue butuhin rasanya nggak pernah cukup. Naluriah manusia sekali yang membuat gue belajar menerima.
Huff… sepertinya, saya tiba di satu titik dimana kebuntuan merajai. Saya bosan. Lelah… ingin mencari sesuatu tanpa sadar sesuatu yang begitu banyak di luar sana harus saya kerjakan. Ataukah karena mungkin saya terlampau banyak menerima sesuatu? Sehingga tanpa sadar impuls saraf saya bertendensi untuk tidak lagi bisa mendeteksi sesuatu yang menjadi?
Entahlah… intinya saat ini kebosanan melanda.
Sepertinya… saya memang tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan, Tuhan…
Mereka di luar sana tertipu.
Tertipukah? Atau entah mereka yang menipu diri mereka sendiri?
Kenapa ENGKAU menjadikan diri ini sebegitu kuatnya, Tuhan???
Aku ingin menjadi seorang lemah yang terkatungkan dalam batin nasib penderitaan.
Aku ingin terkais dalam hening suara bumi
Tidak bisakah engkau berhenti menjadikan diri ini sebegitu kuatnya, Tuhan???
Terimakasih jika semua itu terjadi…
Karena… sepertinya, saya tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan, Tuhan…
Saya terjatuh dalam dentum percikan tinta di atas kertas yang sebelumnya terngiangi. Harusnya saya tersenyum, karena Engkau mengabulkan doa ini, Tuhan… hhh…
Saya memang tidak pernah benar-benar sekuat yang saya bayangkan ternyata… bahkan ketika Engkau menjatuhkan diri ini hingga mengambang di atas samudera penciptaan dunia… saya tidak pernah sekuat yang saya bayangkan.
Huff…
Masih bersediakah Engkau mendengarkan jeritan hati diri yang terkapar rentan ini, Tuhan? Sepertinya sebuah harapan itu kembali muncul dalam bingkai nadir kepalsuan. Saya berharap… tetap berharap, meski pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun.
Lalu untuk apa?
Apanya??
Berpengharapan pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun? Bukankah itu sama saja dengan memutuskan untuk TIDAK BERHARAP SAMA SEKALI???
Entah apa yang ada dalam pikiran saya saat ini, tapi saya akan memilih untuk tetap berharap pada sesuatu meski pada sesuatu yang sangat tidak berpengharapan sekalipun, daripada TIDAK BERHARAP SAMA SEKALI. Dengan begitu, ada sesuatu di ujung sana yang saya tuju lantas membuat diri ini bertendensi untuk melakukannya ke arah sana dalam serangkaian momentum yang tetap terjaga pada sebuah naungan pencapaian diri. Bukan berarti saya ikut terkena Soekarno syndrome seperti ‘gantungkanlah cita-cita setinggi langit’. Tapi bukankah semua itu tidak penting? Dalam perjalanan ke arah sana kita akan melewati sebuah proses pencapaian diri dalam tempaan kehidupan. Agak miris sepertinya. Tapi terkadang kita jauh lebih membutuhkan semua itu daripada hasil akhirnya.
Powered By Blogger

layout